Solo Leveling

Sendiri Lagi berkata:

Setelah membaca manhwanya kemudian dibandingkan dengan animenya, baru mengerti kenapa manhwanya bisa top rank sementara animenya biasa-biasa saja, jauh dari kata best seller, apalagi thriller. Padahal sudah digadang-gadang dan ditunggu-tunggu, yang hanya berujung pada rasa kecewa.

Kok, Solo Leveling jadi begini?.

Jauh didalam isi kepala para pengggemar manhwanya, sesungguhnya sudah ada imajinasi seperti apa Solo Leveling itu seharusnya?. Seperti apa karakter Sung Jin-woo itu seharusnya?. Dan juga seperti apa karakter-karakter pendukung lainnya?.

Lalu yang terpenting, Solo Leveling adalah Manhwa. Bukan Manga.

Barangkali ini contoh gagal dari sebuah Manhwa, karya penulis Korea, tapi diangkat menjadi sebuah anime oleh sebuah studio anime Jepang. Akibatnya fatal.

Anime Solo Leveling adalah sebuah anime yang samasekali tidak ada nuansa Koreanya. Itu adalah murni sebuah manhwa Korea yang diadaptasi kedalam bentuk sebuah anime ala Jepang. Dan itu sangat buruk hasilnya.

Sebagai contoh : Dalam imajinasi penggemar manhwa Solo Leveling, pasti sudah terbayang bahwa karakter MC, Sung Jin-woo adalah karakter yang cool, santuy, nggak banyak bicara, yang tetap tenang dalam kondisi apapun (bahkan waktu dia masih seorang bocil rank-E). Begitupun karakter-karakter pendukung lainnya, masing-masing sudah ada gambaran imajinasinya.

Namun semua imajinasi itu hancur di animenya. Disana karakter Sung Jin-woo sudah diadaptasi menjadi karakter khas anime Jepang, yang suka teriak-teriak sendiri, heboh nggak jelas, sedikit naif, hilang semua sifat cool dan santuynya.

Intinya : menonton Anime Solo Leveling jauh dari semua bayangan yang diharapkan dari sebuah manhwa terkenal yang memilki basis penggemar kuat. Menonton anime Solo Leveling tak lebih dan tak kurang seperti menonton anime khas Jepang yang storyboardnya dicomot dari sebuah manhwa, lalu dirubah agar sesuai dengan budaya Jepang.